MERAYAKAN HUT AIPI 35 Menyalakan Kembali Api Pengetahuan, AIPI Mempersembahkan Pameran “SciArt 35 – Lukisan Potret Para Penyuluh Kesadaran”

13 October 2025 | 107 hits
SciArt35.jpg

Siaran Pers 

MERAYAKAN HUT AIPI 35

Menyalakan Kembali Api Pengetahuan, AIPI Hadirkan Pameran 

“SciArt 35 – Para Penyuluh Kesadaran”

 

JAKARTA, 12 Oktober 2025. 

Bagainama rupa mereka yang menjaga nyala pengetahuan sepanjang sejarah Nusantara? Bagaimana menghidupkan kembali khasanan kekayaan budaya ilmiah sebagai ingatan kolektif bangsa? SciArt 35 menjawabnya melalui pameran 35 potret ilmuwan pelopor Indonesia yang dihadirkan lewat sapuan kuas Paul Hendro. Diselenggarakan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) di Perpustakaan Nasional, pameran ini mengajak publik menelusuri jejak para penyuluh kesadaran—dari laboratorium alam melalui kejelian pengamatan bentang alam Nusantara, pengamatan ragam budaya masyarakat, laboratorium, ruang kuliah, hingga ruang batin kebudayaan bangsa. AIPI ingin menghidupkan kembali wajah dan semangat para ilmuwan, cendekiawan, dan pemikir yang menyalakan lentera kesadaran ilmiah di Nusantara—dari Rumphius hingga Habibie.

Perhelatan Pameran “SciArt 35: 35 Tahun AIPI dan Para Pelopor Penjaga Api Pengetahuan 2025”, kolaborasi antara AIPI, Kementeriana Kebudayaan RI dan Perpustakaan Nasional RI, ini secara resmi akan dibuka oleh Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zoon, Pada Senin, 13 Oktober 2025, pukul 11.00 WIB di Gedung Cagar Budaya, Perpustakaan Nasional. Pameran menampilkan 35 lukisan tokoh perintis ilmu pengetahuan di Nusantara ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan 35 tahun AIPI dan menyambut 80 tahun kemerdekaan Indonesia (1945-2025). Pameran berlangsung 13-31 Oktober 2025 di Perpustakaan Nasional Indonesia.

Pameran ini adalah implementasi nyata dari visi AIPI untuk mengukuhkan tradisi keilmuan sebagai bagian tak terpisahkan dari kebudayaan nasional. Melalui karya lukis seniman Paul Hendro, pameran menghidupkan kembali wajah dan semangat para ilmuwan, cendekiawan, dan pemikir yang gagasannya menjadi fondasi peradaban Indonesia.

Para Penyuluh Kesadaran ini tidak hanya melakukan penelitian dan menyebarkan pengetahuan dalam situasi keterbatasan, tetapi juga menyerahkan nyawa demi integritas ilmu pengetahuan,” ujar Ismunandar, salah satu Kurator pameran, mengutip semangat yang melatarbelakangi pameran.

Jejak Panjang dari Rumphius hingga Habibie

Kurasi pameran dilakukan oleh Dewan Kurator yang terdiri dari para ahli di bidangnya, seperti Prof. Sangkot Marzuki (Ilmu Kedokteran), Prof. Ismunandar (Ilmu Pengetahuan Dasar & Staf Ahli Menteri Kebudayaan), Prof. Mayling Oey (Ilmu Sosial), Prof. Budhi Suyitno (Ilmu Rekayasa), Dr. Yudi Latif (Kebudayaan), Prof. Yudi Darma (ALMI), Taufik Rahzen (Budayawan), dan JJ Rizal (Sejarawan).

Tokoh-tokoh yang dihadirkan menjangkau lintas zaman dan disiplin ilmu, mulai dari penjelajah awal seperti Georg Everhard Rumphius dengan Herbarium Amboinense-nya yang legendaris, Alfred Russel Wallace dengan Garis Wallace-nya, dan Christiaan Eijkman peraih Nobel yang meletakkan dasar ilmu vitamin. Pameran juga mengapresiasi para pendiri bangsa seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Soepomo, dan Ki Hajar Dewantara, serta begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo.

Tidak ketinggalan, para pemikir yang memperkaya khazanah intelektual Indonesia seperti Sartono Kartodirdjo dengan sejarah Indonesia-sentrisnya, Mochtar Kusumaatmadja dengan Wawasan Nusantara, Koentjaraningrat dalam antropologi, serta ilmuwan modern seperti B.J. Habibie dan Samaun Samadikun. Tokoh-tokoh lain seperti Ahmad Mochtar yang menjadi martir ilmu pengetahuan, Kartini sebagai etnograf, dan Soedjatmoko sebagai diplomat-intelektual, turut memperkaya narasi pameran. Kisah dibalik lukisan-lukisan wajah ini diharapkan akan menghadirkan kembali dan menggelorakan semangat generasi muda mencintai ilmu pengetahuan. 

Teknik Visual yang Sarat Makna

Seniman Paul Hendro menghadirkan pendekatan unik dalam melukis ke-80 tokoh tersebut. Alih-alih menggunakan realisme fotografis, ia menerapkan teknik efek camera obscura dengan metode pinhole. Dengan latar belakang hitam dan permainan palet cahaya, setiap profil tokoh muncul dari kontras terang-gelap, membentuk volume dan dimensi waktu.

Lewat sapuan kuas ini, saya ingin menyampaikan pesan bahwa karya seni bukan cuma tentang keindahan. Ia bisa menjadi ruang pengabdian, ruang pengingat, bahkan ruang untuk menolak lupa,” tutur Paul Hendro. “Saya ingin generasi hari ini tahu: kemajuan bangsa tak hanya dibangun di medan pertempuran. Ia lahir pula di ruang laboratorium, di perpustakaan yang sepi.

Komitmen AIPI dan Masa Depan Tradisi Ilmiah

Pameran ini merupakan buah dari proses kurasi panjang yang dimulai sejak simposium tentang Rumphius di Ambon pada 2017. Gagasan tersebut menemukan momentumnya kembali dan didorong oleh komitmen AIPI serta Kementerian Kebudayaan untuk membangun kesadaran kolektif akan pentingnya sejarah ilmu pengetahuan.

Pameran ini adalah upaya kami untuk menegaskan bahwa budaya ilmiah adalah jantung dari pemajuan kebudayaan,” tegas Prof. Daniel Murdiyarso, Ketua AIPI. “Dengan mengenang dan menghormati jasa para penyuluh kesadaran, kami berharap dapat menyalakan inspirasi bagi generasi muda untuk meneruskan estafet keilmuan ini.

Ke depannya, gagasan dari pameran ini akan dikembangkan lebih lanjut dalam platform Festival Artchipelagos, sebuah festival reguler yang bertujuan mendorong kegairahan tradisi ilmiah dan kesadaran kritis di kalangan generasi muda dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

Pameran “Para Penyuluh Kesadaran” terbuka untuk umum dan akan terus berevolusi dengan menampilkan lebih banyak lukisan hingga mencapai 80 tokoh. Diharapkan pameran keliling ini dapat menjangkau publik yang lebih luas di berbagai kota di Indonesia.

 

Website         :  aipi.or.id  
Instagram     :  aipi_Indonesia
Tweeter         :  AIPI_id
Youtube         : AIPI_Indonesia

 

Penulis Siaran Pers:

Ismunandar & Sigit Asmara Santa

humas@aipi.or.id

Biro Adm. Ilmu Pengetahuan,  AIPI

Hak Cipta © 2014 - 2024 AIPI. Dilindungi Undang-Undang