Masa depan yang lebih baik hanya dapat dibangun di atas pangan yang lebih baik; pangan yang aman, bergizi, berkelanjutan, dan inklusif.
Setiap tanggal 16 Oktober, dunia memperingati Hari Pangan Sedunia. Tahun 2025 ini, tema yang diusung adalah ”Hand in Hand for Better Food and a Better Future”. Tema ini mengandung pesan kuat: bahwa masa depan yang lebih baik hanya dapat dibangun di atas pangan yang lebih baik; pangan yang aman, bergizi, berkelanjutan, dan inklusif.
Dalam konteks itu, industri pangan memegang peranan yang sangat penting. Industri pangan adalah elemen esensial dalam sistem pangan nasional, penghubung utama antara sektor produksi primer dan konsumsi masyarakat. Melalui kegiatan pengolahan, industri pangan mengubah hasil pertanian, perikanan, dan peternakan menjadi produk yang aman, bergizi, dan sesuai dengan preferensi masyarakat, baik preferensi fisiologis dari sisi cita rasa, maupun psikologis dari sisi budaya, keyakinan, termasuk kesesuaian dengan prinsip halal bagi konsumen Muslim.
Tidak dapat disangkal bahwa tanpa industri pangan yang kuat, efisien, dan bertanggung jawab, sistem pangan tidak akan pernah berfungsi secara optimal. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah dalam menjamin keamanan pangan dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Industri pangan berperan penting dalam mencegah penyakit yang ditularkan melalui makanan sekaligus berkontribusi terhadap pencegahan kekurangan gizi.
Berbagai data menunjukkan bahwa kemajuan teknologi dan praktik pengolahan pangan telah berperan besar dalam menurunkan risiko penyakit akibat pangan. Di banyak negara, penerapan pasteurisasi pada industri susu, pengolahan modern pada industri unggas, serta teknologi seperti high-pressure processing (HPP) terbukti efektif menekan kasus penyakit yang disebabkan oleh Salmonella, Listeria monocytogenes, dan Shiga toxin-producing Escherichia coli (STEC), termasuk strain patogen seperti E coli O157:H7.
Melalui penerapan teknologi fortifikasi dan enrichment, industri pangan juga berperan penting dalam mengatasi kekurangan zat gizi mikro yang dulu menjadi masalah kesehatan global. Program penambahan niasin pada tepung terigu untuk roti terbukti menurunkan kasus pellagra di Amerika Serikat, fortifikasi vitamin D pada susu membantu mencegah rickets, penambahan iodium pada garam berhasil menurunkan kasus gondok, dan fortifikasi asam folat pada sereal berkontribusi mengurangi kelainan tabung saraf pada bayi hingga 28 persen hanya dalam empat tahun setelah diwajibkan.
Kemajuan tersebut memperlihatkan bahwa ilmu dan teknologi pangan telah menjadikan industri pangan sebagai unsur esensial sistem pangan yang berperan penting memberikan perlindungan dan peningkatan kesehatan masyarakat—bukan hanya memastikan pangan yang aman, melainkan juga membantu menciptakan masyarakat yang lebih sehat, produktif, dan sejahtera.
Selain itu, industri pangan berperan penting dalam menjaga ketersediaan dan keterjangkauan pangan. Melalui proses pengolahan, industri membantu memperpanjang umur simpan produk dan memperlancar distribusi dari daerah yang surplus ke daerah yang defisit. Industri juga memperluas akses masyarakat terhadap berbagai pilihan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi, daya beli, dan selera.
Dengan teknologi dan inovasinya, industri turut mengurangi kehilangan serta pemborosan pangan (food loss and waste) dengan memanfaatkan hasil pertanian secara lebih efisien. Semua ini memperlihatkan bahwa industri pangan, dengan kapasitas riset dan tanggung jawab sosialnya, merupakan penggerak utama modernisasi sekaligus penjaga kesehatan dan keamanan sistem pangan nasional—penghubung penting antara hasil bumi dan masyarakat yang membutuhkan pangan yang sehat, aman, dan bergizi.
Kritik dan tuntutan perubahan
Dalam dua dekade terakhir, industri pangan menghadapi sorotan tajam. Produk pangan olahan—yang awalnya dikembangkan untuk memperpanjang umur simpan dan meningkatkan akses masyarakat terhadap pangan—kini sering dikaitkan dengan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular (PTM), seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi. Hal ini sering dikaitkan dengan kandungan gula, garam, dan lemak jenuh dalam berbagai produk yang dikonsumsi sehari-hari.
Kritik ini tidak bisa diabaikan dan merupakan peringatan serius bahwa kemajuan industri tidak boleh berjalan dengan mengorbankan kesehatan masyarakat. Berbagai kajian menunjukkan, pangan olahan mempunyai peran yang semakin signifikan pada pola makan modern saat ini karena itu berpotensi nyata memengaruhi status kesehatan masyarakat di beberapa negara. Karena itu, industri pangan perlu menyadari tanggung jawab strategisnya—bukan hanya sebagai penyedia produk, melainkan juga sebagai penentu arah pola konsumsi masyarakat.
Tantangan bagi industri pangan saat ini adalah memastikan bahwa setiap inovasi benar-benar berkontribusi positif terhadap kesehatan publik dan keberlanjutan sistem pangan. Dengan kata lain, tugas besar industri bukan hanya memastikan keamanan, lalu memproduksi lebih banyak untuk populasi yang terus meningkat, melainkan juga memproduksi dengan lebih bijak: menghadirkan pangan olahan yang lebih baik (better processed food)—sesuai pesan HPS 2025.
Transformasi
Untuk menjawab kritik tersebut, industri pangan perlu melakukan transformasi. Sesuai kerangka FAO dan WHO mengenai sistem pangan berkelanjutan, fokus transformasi perlu mencakup tiga aspek kunci: kesehatan, transparansi, dan keberlanjutan.
Dari aspek kesehatan, transformasi dapat dimulai melalui reformulasi produk. Industri perlu senantiasa mengurangi kadar gula, garam, dan lemak, serta memperkaya produknya dengan serat, vitamin, mineral, dan komponen bioaktif yang bermanfaat bagi tubuh. Upaya ini tidak hanya menjawab tuntutan kesehatan masyarakat, tetapi juga menjadi bagian dari tanggung jawab moral industri untuk melindungi konsumennya.
Dalam aspek transparansi, industri perlu mendorong edukasi dan pelabelan yang jujur serta mudah dipahami agar konsumen dapat membuat pilihan pangan yang lebih sadar dan bertanggung jawab. Kejujuran informasi dan komunikasi yang terbuka akan memperkuat kepercayaan publik terhadap industri pangan, terutama di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat tentang gizi dan keamanan pangan.
Sementara itu, dari sisi keberlanjutan, industri perlu melakukan inovasi berkelanjutan dengan mengoptimalkan penggunaan bahan baku lokal, meningkatkan efisiensi energi dan air, serta mengurangi emisi dan limbah produksi. Langkah ini memastikan bahwa pertumbuhan industri tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga selaras dengan tanggung jawab lingkungan dan sosial.
Hanya dengan komitmen semacam ini, kepercayaan masyarakat terhadap industri pangan dapat tumbuh dan terjaga. Transformasi menuju better processed food bukan lagi pilihan, melainkan keharusan moral agar industri pangan benar-benar menjadi bagian dari solusi bagi masa depan pangan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Tantangan dan arah perubahan ini menjadi sangat relevan bagi Indonesia. Di tengah meningkatnya kebutuhan pangan masyarakat dan kompleksitas persoalan gizi—dari stunting yang masih dialami satu dari lima anak Indonesia hingga obesitas yang terus meningkat di kalangan dewasa (Riskesdas 2023)—peran industri pangan menjadi semakin strategis. Industri pangan nasional memiliki potensi besar untuk mengolah hasil khas Indonesia menjadi produk yang aman, bergizi dan berdaya saing global, sekaligus mendorong tumbuhnya rantai pasok yang lebih efisien dan berkeadilan.
Program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) mestinya dapat menjadi momentum strategis untuk memastikan bahwa transformasi industri pangan berjalan nyata—menghadirkan pangan olahan yang aman, bergizi, dan berkelanjutan bagi generasi muda Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan memadukan inovasi teknologi, tanggung jawab sosial, dan keberpihakan pada bahan baku lokal untuk mewujudkan transformasi menuju sistem pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Tantangannya tidaklah kecil, tetapi di sanalah letak peluang: menjadikan industri pangan bukan hanya mesin ekonomi, melainkan penopang kesehatan publik dan kedaulatan pangan nasional.
Selamat Hari Pangan Sedunia 2025. Mari bekerja bersama—hand in hand— untuk menghadirkan pangan yang lebih baik demi masa depan yang lebih baik.
Purwiyatno Hariyadi,
Guru Besar Dept of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Engineering and Technology, IPB University, and Senior Scientist, SEAFAST Center, IPB University
Tulisan ini pertama kali terbit di Harian Kompas 15 Oktober 2025.